Jumat, 06 November 2015

PERANG MELAWAN HINDIA-BELANDA



PERANG MELAWAN HINDIA-BELANDA


Kedatangan Belanda ke Indonesia awal mulanya untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Namun karena melihat sumber daya alam yang melimpah Belanda menjadi ingin menguasai Indonesia dan menjadi bangsa colonial. Belanda menjadi kejam dan zalim kepada rakyat Indonesia. Kezaliman dan kekejaman Belanda ini menyebabkan penderitaan rakyat. Adanya penderitaan rakyat ini menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesia terhadap Indonesia, antara lain :
1.  Perang Tondano
Perang Tondano terjadi pada tahun 1808-1809 yang melibatkan orang minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa. Perang Tondano menjadi 2 bagian, yaitu perang Tondano I dan perang Tonano II. Penyebab terjadinya perang ini adalah :
  • ·         Kehadiran para pedagang VOC
  • ·         VOC memaksakan kehendak orang-orang Minahasa menjual beras padanya untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara
  • ·         Dilatar belakangi kebijakan Daendels
Upaya perlawanan dari perang ini adalah :
  • ·         Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli beras
  • ·         VOC melemahkan orang-orang Minahasa dengan membendung Sungai Temberan
  • ·         Pasukan VOC mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano
  • ·         Dibuatnya Ultimatum VOC
  • ·         Mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa Di Tondano
  • ·         Orang-orang Tondano menyerang hebat dengan tiba-tiba sehinnga korban berjatuhan dari pihak Belanda
  • ·         Belanda menghujani meriam ke kampung Minawanua
Banyak orang-orang mInahasa yang tidak setuju dengan dengan program Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Ada slah satu seoang pemimpin perlawanan itu yaitu ukung lonto , ia menegaskan bahwa rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda.
Akibat dari perlawanan ini adalah :
  • ·         Aliran Sungai Temberan meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa
  • ·         Hasil pertanian yang menumpuk dan tidak ada yang membeli
  • ·         Rusaknya pagar bambu berduri yang membatasi danau  dengan perkampungan Minawanua
  • ·         Korban brjatuhan dari pihak Belanda
  • ·         Kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau


2.  Pattimura Angkat Senjata
Thomas Matulessy (Pattimura)  adalah seorang pemimpin perlawanan yang dipercaya oleh rakyat Maluku, ia pernah bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Para pemuda Maluku melakukan serangkaian pertemuan rahasia, dalam pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin terus menderita dibawah keserakahan dan kekejaman Belanda. Awal mula rakyat Maluku mengadakan serangkaian pertemuan rahasia yaitu diawali dengan :
  • ·         Kegiatan monopoli di Maluku kembali diperketat
  • ·         Dikenai kewajiban kerja paksa,penerahan ikan asin, dendeng, dan kopi
  • ·         Desas-desus bahwa guru akan diberhentikan untuk penghematan ,para pemuda akan dijadikan tentara di luar maluku Oleh kolonial hindia belanda,dan sikap arogan Residen Saparua
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Kemudian rakyat Maluku menuju Benteng Duurstede yang disitu sudah banyak pasukan dari Belanda yang dipimpin oleh Residen van den Berg, sehingga terjadilah pertempuran antara keduanya. Pattimura juga dibantu oleh tokooh-tokoh dari Maluku seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Pejuang Maluku dapat menguasai benteng Duurstede dan dapat membunuh Residen, semangat juang para pemuda Maluku rerus bertambah. Belanda pun juga melakukan berbagai cara untuk bisa mengalahkan Maluku. Belanda sampai mengadakan sayembara untuk menangkap Pattimura yang hadiahnya 1000 gulden. Perlawanan-perlawanan terus dilakukan.
Akibat dari perlawan-perlawanan tersebut adalah :
  • ·         Terbunuhnya mayor beetjesTertangkapnya pembantu pattimura yang dijatuhi hukuman mati
  • ·         Tertangkapnya pattimura dan dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon
  • ·         Tertangkapnya Christina Martha Tiahahu dan dibuang ke jawa bersama 39 orang lainnya sebagai pekerja rodi

3.  Perang Padri
Perang ini terjadi di Minangkabau sekitar tahun 1821-1837. Perang ini terjadi berawal dari adanya pertentangan kaum Adat dengan kaum Padri karena adanya ajaran islam yang dibawa kaum Padri yang tidak sesuai dengan adat setempat. Kemudian kaum Adat ini menjalin persahabatan dengan Kolonial Hindia-Belanda dan Belanda berhasil menduduki daerah Sinawang. Kemudian Belanda memenpatkan 2 meriam dan 100 orang serdadu Belanda di Sinawang yang ditentang keras oleh kaum Padri. Maka tahun 1821 meletuslah perang Padri.
Tahun 1821 dibawah pimpinan Tuanku Pasaman pasukan kaum Padri menyerang pos-pos Belanda dan melakukan pencegatan terhadap patrol Belanda. Akan tetapi karena persenjataan Belanda yang lebih lengkap dan lebih modern, pasukan Tuanku Pasaman akhirnya mengundurkan diri ke Lintau. Akan tetapi selanjutnya perlawanan kaum Padri muncul di berbagai tempat yang berpusat di Bonjol yang dipimpin Peto Syarif (Tuanku Imam Bonjol). Belanda merasa kewalahan menghadapi serangan kaum Padri ini dan pihak Belanda mengambil strategi damai dengan melakukan perjanjian Masang. Akan tetapi Belanda memnfaatkan perjanjian tersebut untuk menguasai daerah-daerah lain. Belanda juga menangkap Tuanku Mensiangan yang kemudian membuat kaum Padri marah dan kembali menggelorakan perang Padri.
Tahun 1825-1830 perang dari kaum Padri ini kembali terjadi di beberapa tempat dan lebih besar lagi. Hingga Belanda mengutus beberapa kerabat dekat dari orang-orang pemimpin kaum Padri untuk membuju agar kaum Padri mau melakukan perdamaian. Awalnya kaum Padri menolaknya namun pada akhirnya Imam Bonjol menerima ajakan tersebut dan melakukan Perjanjian Padang.

Gb. Tuanku Imam Bonjol
Tahun 1830-1837 terjadi pertempuran dimana kaum Padri sudah mendapat simpati dari kaum Adat sehingga jumlah pejuang dari Sumatera barat meningkat. Mereka bergerak ke pos-pos Belanda dan memutuskan sarana komunikasi antara Benteng di Bukittinggi dan Tanjung Alam. Tahun 1832 kaum PAdri melakukan Penyerangan dengan bantuan pasukan dari Jawa yang dipimpin oleh Ali Basyah Sentot Prawirodirjo. Akan tetapi karena kekuatan Belanda yang sudah besar mereka bisa mengatasi serangan ini, bahkan dalam serangan ini terjadi penyembelihan dan penyincangan tokoh-tokoh dan pasukan kaum Padri dan Tuanku Nan Cerdik juga berasil ditangkap.
Tahun 1834 Belanda memusatkan penyerangan kepada pasukan Imam Bonjol dan memblokade jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai. Tahun 1836, benteng Bonjol dapat dipertahankan akan tetapi beberapa pemimpin Padri dapat ditangkap. Akan tetapi tahun 1837 Belanda berhasil mengepung dan menyerang benteng Bonjol dan akhirnya Imam Bonjo, dapat ditangkap dan di asingkan ke Cirebon, dibuang ke Ambon dan dipindah ke Manado hingga akhirnya wafat. Sifat yang dapatdicontoh dari tokoh Imam bonjol ini adalah tahan uji atau ulet karena di tetap berjuang meski terus mendapat serangan dari Belanda. Peninggalan dari perang ini adalah Benteng Marapalam dan Benteng Bonjol.
Gb. Benteng fort de kock (Benteng Bonjol)

4.  Perang Jawa
Perang Jawa ini terjadi di daerah Jawa (Yogyakarta, jawa Tengah, dan Jawa Timur) sekitar tahun 1825-1830. Perang ini dilatarbelakangi karena adanya campur tangan colonial Hindia-Belanda yang membawa pergeseran adat dan budaya keratin dan melahirkan budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya nusantara. Selain itu Belanda juga menempatkanrakyat sebagai objek pemerasan sehingga rakyat semakin menderita. Dalam kehidupan sosial juga terdapat jurang pemisah antara punggawa keraton dengan rakyat biasa.
Penyebab yang lain yaitu adanya insiden anjir yaitu pemasangan patok-patok yang melewati pekaranangan Diponegoro tanpa ijin. Diponegoro memerintahkan rakyat untuk mencabuti patok-patok tersebut namun Belanda memasang kembali patok-patok tersebut hingga akhirnya pasukan pengikut Diponegoro mencabutnya dan mengganti dengan tombak. Hal ini memneybabkan meletusnya perang Diponegoro.
Gb. Pangeran Diponegoro
Belanda datang di pekarangan Diponegoro di daerah Tegalrejo dan membumihanguskan Tegalrejo sehinggga Pangeran Diponegor dan pasukannya berpindah ke Bukit Selarong. Dia melakukan pembalasan kepada Belanda dengan mengatur strategi dari Selarong. Dia merencakan melakukan serangan ke keraton Yogyakarta dan dengan mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah masuknya bantuan dari luar. Diponegoro juga mengirim kurir kepada para buapti atau ulama agar mempersiapkan peperangan melawan Belanda.
Sebagai pucuk pimpinan Diponegoro dibantu pamannya, Ali Basyah Sentot Prawirodirjo mengembangkan semangat perang sabil. Dalam perlawanan ini Pangeran mendapat banyak kemenangan dengan dikuasainya beberapa pos pertahanan Belanda.
Gb. Ali Basyah Sentot Prawirodirjo
Perlawanan Pangeran Diponegoro terus meluas sampai ke daeraj Jawa tengah dan Jawa Timur. Untuk menghadapi perlawanan Diponegoro yang terus meluas, Belanda meningkatkan kekuatannya dengan mendatangankan tentara Belanda dari Sumatera Barat. Akan tetapi dengan adanya strategi gerilya yang dilakukan Diponegoro, Belanda merasa kewalahan. Kemudian Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel. Dengan strategi ini sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat diatasi dan ruang pergerakan Diponegoro juga semakin sempit.para pemimpin yang membantu Pangeran Diponegoro juga mulai tertangkap, akan tetapi perlawanan rakyat masih terjadi dibeberapa tempat.
Kemudian pasukan Belanda dikonsentrasikan untuk mendesak dan mempersempit ruang gerak pasukan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo dan menawarkan untuk berunding. Hingga pada tahun 1829 terjadi perjanjian Imogiri dimana dalam perjanjian tersebut Ali Basyah Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya harus menyerahkan diri. Akan tetapi belum ada tanda-tanda perlawanan Diponegoro berakhir hingga Belanda memumumkan bahwasanya barangsiapa yang berhasil menyerahkan Pangeran Diponegoro baik hidup atau mati akan mendapat 20.000 ringgit. Dan akhirnya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda. Salah satu peninggalan Perang Diponegoro ini adalah Gua Selarong.
Gb. Gua Selarong
Sifat dari Pangeran Diponegoro yang dapat dicontoh yaitu bertanggung jawab, karena ia merupakan pemimpin yang tidak individualis yang bertanggung jawab dengan memperhatikan keselamatan keluarga dan anak buahnya. Selain itu sifat yang dapat dicontoh dari Pangeran Diponegoro adalah cinta budaya Indonesia karena dia berani menentang budaya baru yang dibawa Belanda yang tidak sesuai dengan budaya nusantara.

5.  Perang Banjar
a.   Sejarah Terjadinya Perang Banjar
Sejarah terjadinya Perang Banjar adalah sebagai berikut :
§  Rakyat tidak puas terhadap campur tangan Belanda dalam penggantian tahta di Banjar.
Sultan Adam memerintah tahun 1825-1857. Sebelum wafat beliau mengangkat puteranya yang bernama Prabu Anom sebagai penggantinya. Pemerintah Belanda tidak menyetujuinya, karena Belanda mengetahui bahwa Prabu anom memusuhi Belanda. Belanda menunjuk putera Sultan Adam yang lain yang bernama Bagusnya, tetapi meninggal dunia pada tahun 1852.
Selanjutnya terjadilah kericuhan-kericuhan dalam soal pemilihan calon pengganti sultan. Akhirnya Sultan Adam menunjuk cucunya yang bernama Pangeran Hidayatullah, tetapi Belanda mencalonkan cucunya yang lain yang bernama Pangeran Tamjidillah. Setelah Sultan Adam wafat (tahun 1857), Belanda memaksakan Pangeran Tamjidillah untuk menjadi sultan Banjar yang ke-21, dan Pangeran Hidayatullah sebagai mangkubumi dengan maksud untuk menghapuskan Kesultanan Banjar.
Pangeran Tamjidillah setelah menjadi sultan, memfitnah Pangeran Hidayatullah dengan cara menyuruh orangnya untuk merusak bangunan-bangunan tambang batu bara di Pengaron yang menjadi milik Belanda dengan maksud agar kesalahannya ditimpakan kepada Pangeran Hidayatullah. Tetapi setelah diadakan pengusutan, tipu muslihat Pangeran Tamjidillah itu diketahui oleh Belanda. Pangeran Tamjidillah terpaksa diturunkan dari tahta dan daerah Kesultanan Banjarmasin dihapuskan oleh Belanda (Juni 1860).
§  Belanda menangkap Prabu Anom (1857) seorang bangsawan yang terkenal memusuhi Belanda.
Dengan adanya penangkapan Prabu Anom yang terus diasingkan ke Bandung, menimbulkan kemarahan rakyat. Akibatnya rakyat Banjar mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Antasari yang mendapat dukungan dari: Kyai Demang Leman, Tumenggung Surapati,dan lain-lain.
b.    Penyebab Terjadinya Perang Banjar
Sebab Umum            :
o  Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
o  Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan.
o  Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan pertambangan batubara. (Karena ditemukan Batubara di kota Martapura Belanda telah merencanakan untuk memindah ibukota kesultanan ke kota Negara - bekas ibukota pada zaman Hindu). 
Sebab Khusus
o  Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian menganggap Tamjidullah sebagai sultan yang sebenarnya tidak berhak menjadi sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot Tamjidullah dari kursi sultan, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar.
o  Faktor ekonomi. Belanda melakukan monopoli perdagangan lada, rotan, damar, serta hasil tambang yaitu emas dan intan. Monopoli tersebut sangat merugikan rakyat maupun pedagang di daerah tersebut sejak abad 17. Pada abad 19 Belanda bermaksud menguasai Kalimantan Selatan untuk melaksanakan Pax Netherlandica. Apalagi di daerah itu diketemukan tambang batu bara di Pangaronan dan Kalangan.
o  Faktor politik. Belanda ikut campur urusan tahta kerajaan yang menimbulkan berbagai ketidak senangan. Pada saat menentukan pengganti Sultan Adam maka yang diangkat adalah Pangeran Tamjidillah yang disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran Hidayatullah yang lebih berhak atas tahta hanya dijadikan Mangkubumi karena tidak menyukai Belanda.
c.    Jalannya Perang
Jalannya peperangan terekam dalam beberapa tulisan berikut;
“Sambil bertandak dan berdoa mereka menerobos sampai 10 langkah dari carre` ( formasi tempur berbentuk persegi empat ); meriam houwitser diisi lagi. “Tembak !!” , kedengaran dari mulut komandan, akan tetapi baik pipa houwitser maupun beberapa bedil macet. Beberapa orang musuh sekarang datang melalui houwitser masuk kedalam carre’: dengan pemimpinnya yang berpakaian kuning di muka sekali. Kopral Smit mendapat tusukan tombak pada saat akan memasang lagi isian bedil; van Halderen mendapat dua sabetan klewang yang mematikan pada saat akan memasang lagi pipa yang baru. Pistol kepunyaan van der Heijden juga macet, ketika ia akan menembak kepala penyerbu itu. Kepala yang gagah berani ini telah menerjangnya dan akan menekankan ujung tombak ke dadanya. Koch segera melompat, menangkis dengan pedang tusukan itu, akan tetapi ia sendiri terpanggang tusukan tombak dan keris, dan jatuh tersungkur”. (De Bandjermasinsche Krijg hal. 205)
“Tentara (Hindia Belanda) telah mempertahankan kehormatan namanya, banyak perwira dan prajurit telah menunjukan keluarbiasaanya, banyak yang mengucurkan darahnya, banyak yang mengorbankan nyawanya. Celakanya, terlalu sering ! Barisan menjadi tipis, rumah-rumah sakit dan kapal-kapal pengangkut diisi penuh prajurit yang kelelahan karena perang.
Terlalu sering kita ini wajib mengganti pasukan, dan menggantikannya dengan yang baru, yang didatangkan dari Jawa; bahkan demikian seringnya, sehingga kita dalam melukiskan jalannya peperangan segera berhenti memuat semua mutasi !!!”.
(De Bandjermasinsche Krijg hal. 395 )
Perang yang tidak berkesudahan, kekalahan yang terus menerus, kematian prajurit maupun pimpinan tentara Hindia Belanda yang tiada henti, sungguh membuat bingung, lelah dan frustasi, sehingga dipersiapkanlah cara-cara yang sangat keji dan licik. Sebuah tipu muslihat yang sangat tidak pantas dipersiapkan untuk memperoleh suatu kemenangan dalam peperangan.
Penipuan itu dimulai dengan ditangkapnya Ratu Siti , Ibunda Sultan Hidayatullah, kemudian Pihak Belanda menulis surat atas nama Ratu Siti kepada Sultan, agar mengunjungi beliau sebelum dihukum gantung oleh Pihak Belanda. Surat tersebut tertera cap Ratu Siti…, padahal semua itu hanya rekayasa & tipuan tanpa pernah Ratu Siti membuat surat tersebut. Ketika bertemu dengan Ibunda Ratu Siti ditangkaplah Sultan Hidayatullah dan diasingkan ke Cianjur. Penangkapannya dilukiskan pihak belanda :    
 “ Pada tanggal 3 Maret 1862 diberangkatkan ke Pulau Jawa dengan kapal perang ‘Sri Baginda Maharaja Bali’ seorang Raja dalam keadaan sial yang dirasakannya menghujat dalam, menusuk kalbu karena terjerat tipu daya. Seorang Raja yang pantas dikasihani daripada dibenci dan dibalas dendam, karena dia telah terperosok menjadi korban fitnah dan kelicikan yang keji setelah selama tiga tahun menentang kekuasaan kita (Hindia Belanda) dengan perang yang berkat kewibawaanya berlangsung gigih, tegar dan dahsyat mengerikan. Dialah Mangkubumi Kesultanan Banjarmasin yang oleh rakyat dalam keadaan huru-hara dinobatkan menjadi Raja Kesultanan yang sekarang telah dihapuskan (oleh kerajaan Hindia Belanda), bahkan dia sendiri dinyatakan sebagai seorang buronan dengan harga f 1000,- diatas kepalanya. Hanya karena keberanian, keuletan angkatan darat dan laut (Hindia Belanda) dia berhasil dipojokan dan terpaksa tunduk. Itulah dia yang namanya : Pangeran Hidajat Oellah Anak resmi Sultan muda Abdul Rachman dst, dst, dst….. “.
( Buku Expedities tegen de versteking van Pangeran Antasarie, gelegen aan de Montallatrivier. Karya J.M.C.E. Le Rutte halaman 10).
Dengan penangkapan Sultan ini maka berakhirlah peperangan besar yang terjadi, peperangan yang terjadi berikutnya dilukiskan oleh tentara Hindia Belanda sebagai pemberontakan-pemberontakan kecil.
“Dengan Hidayat, pengganti sah dari Sultan Adam, rakyat yang memberontak itu kehilangan tonggak penunjangnya; dengan Hidayat, pemimpin Agama, para pemimpin agama kehilangan senjata yang paling ampuh untuk menghasut rakyat; oleh kepergian Hidayat, hilanglah semua khayalan untuk memulihkan kembali kebesaran dan kekuasaan Kerajaan Banjar, dengan kepergian Hidayat maka pemberontakan memasuki tahap terakhir”(De Bandjermasinsche krijg hal. 280)
“Dengan Hidayat hilanglah semua khayalan, hasrat suci yang berlebihan, pendorong semangat dan penyebab dari perang ini” (De Bandjermasinsche Krijg hal. 342)
d.   Akibat Dari Perang Banjar
§  Bidang politik :
                             i.          Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
                           ii.          Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
§  Bidang ekonomi : Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan



6. Aceh Berjihad



Aceh dikenal karena adanya tsunami tahun 2004 dan seburtan serambi mekkah. ibarat serambi mekkah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Tetapi kedaulatan terganggu karena keserakaan dan dominasi belanda.dominasi dan kekejaman tersebut melahirkan Perang Aceh, perang terjadi pada tahun 1873-1912.
  a.Latar Belakang Perang Aceh
Aceh memiliki kedudukan yang strategis juga menjadi pusat perdagangan. Daerahnnya luas dengan hasil penting seperti ladang, hasil tambng, dan hasil hutan.karena itu dalam rangka mewujudkan pax neerlandica belanda berambisi menguasai aceh.tetapi orang aceh dan para sultan bersikeras mempertahankan aceh hal tersebut di dukung oleh traktat london hal tersebut menjadi kendala belanda. Perkembangan politik yang semakin memohok kesultanan aceh adalah ditandatanganinya traktat sumatera antara belanda dengan inggris 2 november 1871. isi traktat tersebut antara lain inggris memberi kebebasan kepada Belanda untuk memperluas daerah kekuasaannya diseluruh sumatera. Tahun 1873 Aceh mengirim Habib Abdurahman pergi ke Turki untuk meminta bantuan senjata.
Langkah-langkah tersebut diketahui ole pihak belanda, kemudian Belanda mengancam dan mengultimatum agar Kesultanan Aceh tunduk dibawah pemerintahan Hindia Belanda. Tanggal 26 maret 1873 Aceh dinilai membangkang. Kemudian pecahlah pertempuran aceh melawan Belanda. Para pejuang aceh dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II mengobarkan semangat jihad angkat senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
Persiapan acehalam menmghadapi pemerintahan Hindia Belanda seperti pendirian pos-pos pertahanan,dibangun kuta semacam benteng untuk memperkuat pertahanan wilayah, penyiapan sejumlah pasukan dan persenjataan.
  1. Syahid atau Menang
Agresi belanda terjadi pada tanggal 5 April 1873. Tentara belanda dibawah pimpinan jendral Mayor J.H.R kohler terus melakukan serangan terhadap pasukan Aceh. Pasukan aceh terdiri dari ulebalang ulama,dan rakyat terus mendapat gempuran dari Belanda. Tanggal 14 April 1873 terjadi pertempuran sengit dibawah pimpinan Teuku Imeung lueng bata melawan tentara belanda dibawah pimpinan kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturahman. Pasukan tersebut bershasil mengalahkan kohler dibawah pohon. Kemudian pon tersebut dinamakan Kohler Boom.
Setelah melipatgandakan kekuataanya tanggal 9 Desember 1873 belanda melakukan serangan atau agresi yang kedua. Dipimpin oleh J.van Swieten. Tanggal 6 Januari 1874 masjid tersebut dibakar. Tanggal 15 januari 1874 Belanda dapat menduduki istana setelah dikosongkan sultan mahmud syah. Tanggal 28 januari sultan mahmud syah meninggal dunia karena penyakit kolera.
Dengan jatuhnya masjid Baiturahamn Belanda mengakui bahwa Aceh merupakan daerah kekuasann belanda, namun Aceh tidak peduli. Dan Pada tahun 1884 mereka mengangkat putra mahkota muhammad daud syah sebagai sultan Aceh. Semangat juang semakin meningkat seiring pulangnya Habib Abdulrahman dari turki tahun 1877. Kemudian belanda menambah kekuatannya dan berhasil mendesak pasukan Habib Abdulrahman.
  1. Perang Sabil
tahun 1884 muhammad daud syah telah dewasa dan dinobatkan sebagai sultan. Pada waktu upacra penobatan ini para pemuka Aceh memproklamirkan “ikrar prang sabil’ ( prang sabil). Dengan perang sabil perlawanan rakyat Aceh semakin meluas. Di Aceh bagian barat tampil teuku umar bersama istrinya cut nyak dien. Pertempuran sengit terjadi dimeulaho. Beberapa por pertahan berhasil direbut umar. Strategi konsentrasi stelsel belum efektif menghentikan perang Aceh. Tahun 1891 teungku cik di tiro meninggal, tahun 1893 teuku umar menyerah pada belanda. Pada 29 maret 1896 teuku umar berbalik melwan belanda. Peristiwa itu membuat belanda semakin marah dan geram. Snouck horgronye agar melakukan kajian tentang seluk beluk kehidupan dan semangat juang rakyat aceh. Oleh karena itu snouck horgronye  mengusulkan beberapa cara:
  1. Perlu memecah belah persatuan dan kekuatan masyarakat aceh, sebab di lingkungan aceh terdapat rasa persatuaan antara kaum bangsawan,ulama dan rakyat.
  2. Menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus dengan kekerasan,yaitu dengan kekuatan senjata
  3. Bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya diberi kesempatan untuk masuk kedalam korps pamong praja dalam pemerintahan konial Belanda.
Genderang perang dimulai tahun 1899.perang ini berlangsung selama 10 tahun. Oleh karena itu selama 10 tahu terakhir 1899-1909 di aceh disebut masa sepuluh tahun berdarah (Tien bloedige jaren). Karena tekanan yang terus menerus januari 1903 sultan Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah. Cara licik ini berhasil dan digunakan untuk mematahkan perlawanan panglima pop. lem dan tuanku raha keumala. Tanggal 6 September panglima polem juga menyarah. Tahun 1906 Cut Nyak Dien berhasil ditangkap dibuang di Sumedang, Jawa Barat dan meninggal tanggal 8 November 1908. Pada tahun 1911 tangse Teungku Ma’at Tiro berhasil ditembak mati.
Pada tanggal 26 september 1910 terjadi pertempuran sengit di Paya Cicem. Pang Nanggru tewas dan Cut Nyak Mutia berhasil meloloskan diri. Perang aceh berakhir pada tahun 1912 namun sebenarnya perang itu berakhir pada tahun 1942.


keterangan :
Aldy Rio : Perang Banjar dan Aceh Berjihad
Dwi Fitri : Perang Tondano dan Pattimura angkat senjata
Evi Anisa : Perang Padri dan Perang Diponegoro

1 komentar:

masukkan komentar anda...