PERANG MELAWAN
HINDIA-BELANDA
Kedatangan Belanda ke Indonesia awal
mulanya untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Namun karena melihat sumber
daya alam yang melimpah Belanda menjadi ingin menguasai Indonesia dan menjadi
bangsa colonial. Belanda menjadi kejam dan zalim kepada rakyat Indonesia.
Kezaliman dan kekejaman Belanda ini menyebabkan penderitaan rakyat. Adanya
penderitaan rakyat ini menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesia terhadap
Indonesia, antara lain :
1.
Perang Tondano
Perang Tondano terjadi
pada tahun 1808-1809 yang melibatkan orang minahasa di Sulawesi Utara dan
pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad XIX. Perang ini terjadi akibat
dari implementasi politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para
pejabatnya di Minahasa. Perang Tondano menjadi 2 bagian, yaitu perang Tondano I
dan perang Tonano II. Penyebab terjadinya perang ini adalah :
- · Kehadiran para pedagang VOC
- · VOC memaksakan kehendak orang-orang Minahasa menjual beras padanya untuk melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara
- · Dilatar belakangi kebijakan Daendels
Upaya perlawanan dari perang ini adalah :
- · Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli beras
- · VOC melemahkan orang-orang Minahasa dengan membendung Sungai Temberan
- · Pasukan VOC mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano
- · Dibuatnya Ultimatum VOC
- · Mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa Di Tondano
- · Orang-orang Tondano menyerang hebat dengan tiba-tiba sehinnga korban berjatuhan dari pihak Belanda
- · Belanda menghujani meriam ke kampung Minawanua
Banyak orang-orang mInahasa yang
tidak setuju dengan dengan program Daendels untuk merekrut pemuda-pemuda
Minahasa sebagai pasukan kolonial. Ada slah satu seoang pemimpin perlawanan itu
yaitu ukung lonto , ia menegaskan
bahwa rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda.
Akibat dari perlawanan ini adalah :
- · Aliran Sungai Temberan meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa
- · Hasil pertanian yang menumpuk dan tidak ada yang membeli
- · Rusaknya pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua
- · Korban brjatuhan dari pihak Belanda
- · Kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau
2.
Pattimura Angkat Senjata
Thomas Matulessy
(Pattimura) adalah seorang pemimpin
perlawanan yang dipercaya oleh rakyat Maluku, ia pernah bekerja pada dinas
angkatan perang Inggris. Para pemuda Maluku melakukan serangkaian pertemuan
rahasia, dalam pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku tidak ingin terus
menderita dibawah keserakahan dan kekejaman Belanda. Awal mula rakyat Maluku
mengadakan serangkaian pertemuan rahasia yaitu diawali dengan :
- · Kegiatan monopoli di Maluku kembali diperketat
- · Dikenai kewajiban kerja paksa,penerahan ikan asin, dendeng, dan kopi
- · Desas-desus bahwa guru akan diberhentikan untuk penghematan ,para pemuda akan dijadikan tentara di luar maluku Oleh kolonial hindia belanda,dan sikap arogan Residen Saparua
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan
kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Kemudian rakyat Maluku menuju Benteng
Duurstede yang disitu sudah banyak pasukan dari Belanda yang dipimpin oleh
Residen van den Berg, sehingga terjadilah pertempuran antara keduanya.
Pattimura juga dibantu oleh tokooh-tokoh dari Maluku seperti Christina Martha
Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Pejuang Maluku dapat menguasai benteng Duurstede dan
dapat membunuh Residen, semangat juang para pemuda Maluku rerus bertambah.
Belanda pun juga melakukan berbagai cara untuk bisa mengalahkan Maluku. Belanda
sampai mengadakan sayembara untuk menangkap Pattimura yang hadiahnya 1000
gulden. Perlawanan-perlawanan terus dilakukan.
Akibat dari perlawan-perlawanan tersebut adalah :
- · Terbunuhnya mayor beetjesTertangkapnya pembantu pattimura yang dijatuhi hukuman mati
- · Tertangkapnya pattimura dan dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon
- · Tertangkapnya Christina Martha Tiahahu dan dibuang ke jawa bersama 39 orang lainnya sebagai pekerja rodi
3.
Perang Padri
Perang
ini terjadi di Minangkabau sekitar tahun 1821-1837. Perang ini terjadi berawal
dari adanya pertentangan kaum Adat dengan kaum Padri karena adanya ajaran islam
yang dibawa kaum Padri yang tidak sesuai dengan adat setempat. Kemudian kaum
Adat ini menjalin persahabatan dengan Kolonial Hindia-Belanda dan Belanda
berhasil menduduki daerah Sinawang. Kemudian Belanda memenpatkan 2 meriam dan
100 orang serdadu Belanda di Sinawang yang ditentang keras oleh kaum Padri.
Maka tahun 1821 meletuslah perang Padri.
Tahun
1821 dibawah pimpinan Tuanku Pasaman pasukan kaum Padri menyerang pos-pos
Belanda dan melakukan pencegatan terhadap patrol Belanda. Akan tetapi karena
persenjataan Belanda yang lebih lengkap dan lebih modern, pasukan Tuanku
Pasaman akhirnya mengundurkan diri ke Lintau. Akan tetapi selanjutnya
perlawanan kaum Padri muncul di berbagai tempat yang berpusat di Bonjol yang
dipimpin Peto Syarif (Tuanku Imam Bonjol). Belanda merasa kewalahan menghadapi
serangan kaum Padri ini dan pihak Belanda mengambil strategi damai dengan melakukan
perjanjian Masang. Akan tetapi Belanda memnfaatkan perjanjian tersebut untuk
menguasai daerah-daerah lain. Belanda juga menangkap Tuanku Mensiangan yang
kemudian membuat kaum Padri marah dan kembali menggelorakan perang Padri.
Tahun
1825-1830 perang dari kaum Padri ini kembali terjadi di beberapa tempat dan
lebih besar lagi. Hingga Belanda mengutus beberapa kerabat dekat dari
orang-orang pemimpin kaum Padri untuk membuju agar kaum Padri mau melakukan
perdamaian. Awalnya kaum Padri menolaknya namun pada akhirnya Imam Bonjol
menerima ajakan tersebut dan melakukan Perjanjian Padang.
Tahun
1830-1837 terjadi pertempuran dimana kaum Padri sudah mendapat simpati dari
kaum Adat sehingga jumlah pejuang dari Sumatera barat meningkat. Mereka
bergerak ke pos-pos Belanda dan memutuskan sarana komunikasi antara Benteng di
Bukittinggi dan Tanjung Alam. Tahun 1832 kaum PAdri melakukan Penyerangan
dengan bantuan pasukan dari Jawa yang dipimpin oleh Ali Basyah Sentot
Prawirodirjo. Akan tetapi karena kekuatan Belanda yang sudah besar mereka bisa
mengatasi serangan ini, bahkan dalam serangan ini terjadi penyembelihan dan
penyincangan tokoh-tokoh dan pasukan kaum Padri dan Tuanku Nan Cerdik juga
berasil ditangkap.
Tahun
1834 Belanda memusatkan penyerangan kepada pasukan Imam Bonjol dan memblokade
jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai. Tahun 1836, benteng
Bonjol dapat dipertahankan akan tetapi beberapa pemimpin Padri dapat ditangkap.
Akan tetapi tahun 1837 Belanda berhasil mengepung dan menyerang benteng Bonjol
dan akhirnya Imam Bonjo, dapat ditangkap dan di asingkan ke Cirebon, dibuang ke
Ambon dan dipindah ke Manado hingga akhirnya wafat. Sifat yang dapatdicontoh
dari tokoh Imam bonjol ini adalah tahan uji atau ulet karena di tetap berjuang
meski terus mendapat serangan dari Belanda. Peninggalan dari perang ini adalah
Benteng Marapalam dan Benteng Bonjol.
Gb. Benteng fort de kock (Benteng Bonjol)
4.
Perang Jawa
Perang
Jawa ini terjadi di daerah Jawa (Yogyakarta, jawa Tengah, dan Jawa Timur)
sekitar tahun 1825-1830. Perang ini dilatarbelakangi karena adanya campur
tangan colonial Hindia-Belanda yang membawa pergeseran adat dan budaya keratin
dan melahirkan budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya nusantara. Selain
itu Belanda juga menempatkanrakyat sebagai objek pemerasan sehingga rakyat
semakin menderita. Dalam kehidupan sosial juga terdapat jurang pemisah antara
punggawa keraton dengan rakyat biasa.
Penyebab
yang lain yaitu adanya insiden anjir yaitu pemasangan patok-patok yang melewati
pekaranangan Diponegoro tanpa ijin. Diponegoro memerintahkan rakyat untuk
mencabuti patok-patok tersebut namun Belanda memasang kembali patok-patok
tersebut hingga akhirnya pasukan pengikut Diponegoro mencabutnya dan mengganti
dengan tombak. Hal ini memneybabkan meletusnya perang Diponegoro.
Gb. Pangeran Diponegoro
Belanda
datang di pekarangan Diponegoro di daerah Tegalrejo dan membumihanguskan
Tegalrejo sehinggga Pangeran Diponegor dan pasukannya berpindah ke Bukit
Selarong. Dia melakukan pembalasan kepada Belanda dengan mengatur strategi dari
Selarong. Dia merencakan melakukan serangan ke keraton Yogyakarta dan dengan
mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah masuknya bantuan dari luar. Diponegoro
juga mengirim kurir kepada para buapti atau ulama agar mempersiapkan peperangan
melawan Belanda.
Sebagai
pucuk pimpinan Diponegoro dibantu pamannya, Ali Basyah Sentot Prawirodirjo
mengembangkan semangat perang sabil. Dalam perlawanan ini Pangeran mendapat
banyak kemenangan dengan dikuasainya beberapa pos pertahanan Belanda.
Gb. Ali Basyah Sentot Prawirodirjo
Perlawanan
Pangeran Diponegoro terus meluas sampai ke daeraj Jawa tengah dan Jawa Timur.
Untuk menghadapi perlawanan Diponegoro yang terus meluas, Belanda meningkatkan
kekuatannya dengan mendatangankan tentara Belanda dari Sumatera Barat. Akan
tetapi dengan adanya strategi gerilya yang dilakukan Diponegoro, Belanda merasa
kewalahan. Kemudian Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel. Dengan
strategi ini sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro dapat diatasi dan ruang
pergerakan Diponegoro juga semakin sempit.para pemimpin yang membantu Pangeran
Diponegoro juga mulai tertangkap, akan tetapi perlawanan rakyat masih terjadi
dibeberapa tempat.
Kemudian
pasukan Belanda dikonsentrasikan untuk mendesak dan mempersempit ruang gerak
pasukan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo dan menawarkan untuk berunding. Hingga
pada tahun 1829 terjadi perjanjian Imogiri dimana dalam perjanjian tersebut Ali
Basyah Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya harus menyerahkan diri. Akan
tetapi belum ada tanda-tanda perlawanan Diponegoro berakhir hingga Belanda
memumumkan bahwasanya barangsiapa yang berhasil menyerahkan Pangeran Diponegoro
baik hidup atau mati akan mendapat 20.000 ringgit. Dan akhirnya Pangeran
Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda. Salah satu peninggalan Perang
Diponegoro ini adalah Gua Selarong.
Gb. Gua Selarong
Sifat
dari Pangeran Diponegoro yang dapat dicontoh yaitu bertanggung jawab, karena ia
merupakan pemimpin yang tidak individualis yang bertanggung jawab dengan
memperhatikan keselamatan keluarga dan anak buahnya. Selain itu sifat yang
dapat dicontoh dari Pangeran Diponegoro adalah cinta budaya Indonesia karena
dia berani menentang budaya baru yang dibawa Belanda yang tidak sesuai dengan
budaya nusantara.
5.
Perang Banjar
a.
Sejarah
Terjadinya Perang Banjar
Sejarah
terjadinya Perang Banjar adalah sebagai berikut :
§ Rakyat tidak puas terhadap campur
tangan Belanda dalam penggantian tahta di Banjar.
Sultan
Adam memerintah tahun 1825-1857. Sebelum wafat beliau mengangkat puteranya yang
bernama Prabu Anom sebagai penggantinya. Pemerintah Belanda tidak
menyetujuinya, karena Belanda mengetahui bahwa Prabu anom memusuhi Belanda.
Belanda menunjuk putera Sultan Adam yang lain yang bernama Bagusnya, tetapi meninggal
dunia pada tahun 1852.
Selanjutnya
terjadilah kericuhan-kericuhan dalam soal pemilihan calon pengganti sultan.
Akhirnya Sultan Adam menunjuk cucunya yang bernama Pangeran Hidayatullah,
tetapi Belanda mencalonkan cucunya yang lain yang bernama Pangeran Tamjidillah.
Setelah Sultan Adam wafat (tahun 1857), Belanda memaksakan Pangeran Tamjidillah
untuk menjadi sultan Banjar yang ke-21, dan Pangeran Hidayatullah sebagai
mangkubumi dengan maksud untuk menghapuskan Kesultanan Banjar.
Pangeran Tamjidillah setelah menjadi sultan, memfitnah Pangeran Hidayatullah dengan cara menyuruh orangnya untuk merusak bangunan-bangunan tambang batu bara di Pengaron yang menjadi milik Belanda dengan maksud agar kesalahannya ditimpakan kepada Pangeran Hidayatullah. Tetapi setelah diadakan pengusutan, tipu muslihat Pangeran Tamjidillah itu diketahui oleh Belanda. Pangeran Tamjidillah terpaksa diturunkan dari tahta dan daerah Kesultanan Banjarmasin dihapuskan oleh Belanda (Juni 1860).
Pangeran Tamjidillah setelah menjadi sultan, memfitnah Pangeran Hidayatullah dengan cara menyuruh orangnya untuk merusak bangunan-bangunan tambang batu bara di Pengaron yang menjadi milik Belanda dengan maksud agar kesalahannya ditimpakan kepada Pangeran Hidayatullah. Tetapi setelah diadakan pengusutan, tipu muslihat Pangeran Tamjidillah itu diketahui oleh Belanda. Pangeran Tamjidillah terpaksa diturunkan dari tahta dan daerah Kesultanan Banjarmasin dihapuskan oleh Belanda (Juni 1860).
§ Belanda menangkap Prabu Anom (1857)
seorang bangsawan yang terkenal memusuhi Belanda.
Dengan
adanya penangkapan Prabu Anom yang terus diasingkan ke Bandung, menimbulkan
kemarahan rakyat. Akibatnya rakyat Banjar mengadakan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Antasari
yang mendapat dukungan dari: Kyai Demang Leman, Tumenggung Surapati,dan
lain-lain.
b.
Penyebab Terjadinya Perang Banjar
Sebab
Umum :
o
Rakyat
tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan
pertambangan di Kalimantan Selatan.
o
Belanda
terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan.
o
Belanda
bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan
pertambangan batubara. (Karena ditemukan Batubara di kota Martapura Belanda
telah merencanakan untuk memindah ibukota kesultanan ke kota Negara - bekas
ibukota pada zaman Hindu).
Sebab Khusus
o
Karena
Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak disetujui
oleh Belanda yang kemudian menganggap Tamjidullah sebagai sultan yang
sebenarnya tidak berhak menjadi sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot
Tamjidullah dari kursi sultan, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar.
o
Faktor
ekonomi. Belanda melakukan monopoli perdagangan lada, rotan, damar, serta hasil
tambang yaitu emas dan intan. Monopoli tersebut sangat merugikan rakyat maupun
pedagang di daerah tersebut sejak abad 17. Pada abad 19 Belanda bermaksud
menguasai Kalimantan Selatan untuk melaksanakan Pax Netherlandica. Apalagi di
daerah itu diketemukan tambang batu bara di Pangaronan dan Kalangan.
o
Faktor
politik. Belanda ikut campur urusan tahta kerajaan yang menimbulkan berbagai
ketidak senangan. Pada saat menentukan pengganti Sultan Adam maka yang diangkat
adalah Pangeran Tamjidillah yang disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran
Hidayatullah yang lebih berhak atas tahta hanya dijadikan Mangkubumi karena
tidak menyukai Belanda.
c. Jalannya Perang
Jalannya peperangan terekam dalam
beberapa tulisan berikut;
“Sambil
bertandak dan berdoa mereka menerobos sampai 10 langkah dari carre` ( formasi
tempur berbentuk persegi empat ); meriam houwitser diisi lagi. “Tembak !!” ,
kedengaran dari mulut komandan, akan tetapi baik pipa houwitser maupun beberapa
bedil macet. Beberapa orang musuh sekarang datang melalui houwitser masuk
kedalam carre’: dengan pemimpinnya yang berpakaian kuning di muka sekali.
Kopral Smit mendapat tusukan tombak pada saat akan memasang lagi isian bedil;
van Halderen mendapat dua sabetan klewang yang mematikan pada saat akan
memasang lagi pipa yang baru. Pistol kepunyaan van der Heijden juga macet,
ketika ia akan menembak kepala penyerbu itu. Kepala yang gagah berani ini telah
menerjangnya dan akan menekankan ujung tombak ke dadanya. Koch segera melompat,
menangkis dengan pedang tusukan itu, akan tetapi ia sendiri terpanggang tusukan
tombak dan keris, dan jatuh tersungkur”. (De Bandjermasinsche Krijg hal. 205)
“Tentara
(Hindia Belanda) telah mempertahankan kehormatan namanya, banyak perwira dan
prajurit telah menunjukan keluarbiasaanya, banyak yang mengucurkan darahnya,
banyak yang mengorbankan nyawanya. Celakanya, terlalu sering ! Barisan menjadi
tipis, rumah-rumah sakit dan kapal-kapal pengangkut diisi penuh prajurit yang
kelelahan karena perang.
Terlalu
sering kita ini wajib mengganti pasukan, dan menggantikannya dengan yang baru,
yang didatangkan dari Jawa; bahkan demikian seringnya, sehingga kita dalam
melukiskan jalannya peperangan segera berhenti memuat semua mutasi !!!”.
(De Bandjermasinsche Krijg hal. 395 )
(De Bandjermasinsche Krijg hal. 395 )
Perang
yang tidak berkesudahan, kekalahan yang terus menerus, kematian prajurit maupun
pimpinan tentara Hindia Belanda yang tiada henti, sungguh membuat bingung,
lelah dan frustasi, sehingga dipersiapkanlah cara-cara yang sangat keji dan
licik. Sebuah tipu muslihat yang sangat tidak pantas dipersiapkan untuk
memperoleh suatu kemenangan dalam peperangan.
Penipuan
itu dimulai dengan ditangkapnya Ratu Siti , Ibunda Sultan Hidayatullah,
kemudian Pihak Belanda menulis surat atas nama Ratu Siti kepada Sultan, agar
mengunjungi beliau sebelum dihukum gantung oleh Pihak Belanda. Surat tersebut
tertera cap Ratu Siti…, padahal semua itu hanya rekayasa & tipuan tanpa pernah
Ratu Siti membuat surat tersebut. Ketika bertemu dengan Ibunda Ratu Siti
ditangkaplah Sultan Hidayatullah dan diasingkan ke Cianjur. Penangkapannya
dilukiskan pihak belanda :
“ Pada tanggal 3 Maret 1862 diberangkatkan ke
Pulau Jawa dengan kapal perang ‘Sri Baginda Maharaja Bali’ seorang Raja dalam
keadaan sial yang dirasakannya menghujat dalam, menusuk kalbu karena terjerat
tipu daya. Seorang Raja yang pantas dikasihani daripada dibenci dan dibalas
dendam, karena dia telah terperosok menjadi korban fitnah dan kelicikan yang
keji setelah selama tiga tahun menentang kekuasaan kita (Hindia Belanda) dengan
perang yang berkat kewibawaanya berlangsung gigih, tegar dan dahsyat
mengerikan. Dialah Mangkubumi Kesultanan Banjarmasin yang oleh rakyat dalam keadaan
huru-hara dinobatkan menjadi Raja Kesultanan yang sekarang telah dihapuskan
(oleh kerajaan Hindia Belanda), bahkan dia sendiri dinyatakan sebagai seorang
buronan dengan harga f 1000,- diatas kepalanya. Hanya karena keberanian,
keuletan angkatan darat dan laut (Hindia Belanda) dia berhasil dipojokan dan
terpaksa tunduk. Itulah dia yang namanya : Pangeran Hidajat Oellah Anak resmi
Sultan muda Abdul Rachman dst, dst, dst….. “.
(
Buku Expedities tegen de versteking van Pangeran Antasarie, gelegen aan de
Montallatrivier. Karya J.M.C.E. Le Rutte halaman 10).
Dengan
penangkapan Sultan ini maka berakhirlah peperangan besar yang terjadi,
peperangan yang terjadi berikutnya dilukiskan oleh tentara Hindia Belanda
sebagai pemberontakan-pemberontakan kecil.
“Dengan
Hidayat, pengganti sah dari Sultan Adam, rakyat yang memberontak itu kehilangan
tonggak penunjangnya; dengan Hidayat, pemimpin Agama, para pemimpin agama
kehilangan senjata yang paling ampuh untuk menghasut rakyat; oleh kepergian
Hidayat, hilanglah semua khayalan untuk memulihkan kembali kebesaran dan
kekuasaan Kerajaan Banjar, dengan kepergian Hidayat maka pemberontakan memasuki
tahap terakhir”(De Bandjermasinsche krijg hal. 280)
“Dengan
Hidayat hilanglah semua khayalan, hasrat suci yang berlebihan, pendorong
semangat dan penyebab dari perang ini” (De Bandjermasinsche Krijg hal. 342)
d.
Akibat Dari Perang Banjar
§ Bidang politik :
i.
Daerah Kalimantan Selatan dikuasai
sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda.
ii.
Dibubarkannya negara Kesultanan
Banjar.
§ Bidang ekonomi : Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan
di daerah Kalimantan Selatan
6. Aceh
Berjihad
Aceh
dikenal karena adanya tsunami tahun 2004 dan seburtan serambi mekkah. ibarat
serambi mekkah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Tetapi kedaulatan
terganggu karena keserakaan dan dominasi belanda.dominasi dan kekejaman
tersebut melahirkan Perang Aceh, perang terjadi pada tahun
1873-1912.
a.Latar Belakang Perang Aceh
Aceh
memiliki kedudukan yang strategis juga menjadi pusat perdagangan. Daerahnnya
luas dengan hasil penting seperti ladang, hasil tambng, dan hasil hutan.karena
itu dalam rangka mewujudkan pax neerlandica belanda berambisi menguasai
aceh.tetapi orang aceh dan para sultan bersikeras mempertahankan aceh hal
tersebut di dukung oleh traktat london hal tersebut menjadi kendala belanda.
Perkembangan politik yang semakin memohok kesultanan aceh adalah
ditandatanganinya traktat sumatera antara belanda dengan inggris 2 november
1871. isi traktat tersebut antara lain inggris memberi kebebasan
kepada Belanda untuk memperluas daerah kekuasaannya diseluruh sumatera.
Tahun 1873 Aceh mengirim Habib Abdurahman pergi ke Turki
untuk meminta bantuan senjata.
Langkah-langkah
tersebut diketahui ole pihak belanda, kemudian Belanda mengancam dan
mengultimatum agar Kesultanan Aceh tunduk dibawah
pemerintahan Hindia Belanda. Tanggal 26 maret 1873 Aceh dinilai
membangkang. Kemudian pecahlah pertempuran aceh melawan Belanda. Para
pejuang aceh dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II
mengobarkan semangat jihad angkat senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
Persiapan
acehalam menmghadapi pemerintahan Hindia Belanda seperti pendirian
pos-pos pertahanan,dibangun kuta semacam benteng untuk memperkuat pertahanan
wilayah, penyiapan sejumlah pasukan dan persenjataan.
- Syahid atau Menang
Agresi
belanda terjadi pada tanggal 5 April 1873. Tentara belanda dibawah
pimpinan jendral Mayor J.H.R kohler terus melakukan serangan terhadap
pasukan Aceh. Pasukan aceh terdiri dari ulebalang ulama,dan rakyat terus
mendapat gempuran dari Belanda. Tanggal 14 April 1873 terjadi
pertempuran sengit dibawah pimpinan Teuku Imeung lueng bata melawan
tentara belanda dibawah pimpinan kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturahman.
Pasukan tersebut bershasil mengalahkan kohler dibawah pohon. Kemudian pon
tersebut dinamakan Kohler Boom.
Setelah
melipatgandakan kekuataanya tanggal 9 Desember 1873 belanda melakukan
serangan atau agresi yang kedua. Dipimpin oleh J.van Swieten. Tanggal
6 Januari 1874 masjid tersebut dibakar. Tanggal 15 januari
1874 Belanda dapat menduduki istana setelah dikosongkan sultan mahmud
syah. Tanggal 28 januari sultan mahmud syah meninggal dunia karena penyakit
kolera.
Dengan
jatuhnya masjid Baiturahamn Belanda mengakui bahwa Aceh
merupakan daerah kekuasann belanda, namun Aceh tidak peduli. Dan Pada
tahun 1884 mereka mengangkat putra mahkota muhammad daud syah sebagai
sultan Aceh. Semangat juang semakin meningkat seiring pulangnya Habib Abdulrahman
dari turki tahun 1877. Kemudian belanda menambah kekuatannya dan berhasil
mendesak pasukan Habib Abdulrahman.
- Perang Sabil
tahun
1884 muhammad daud syah telah dewasa dan dinobatkan sebagai sultan. Pada waktu
upacra penobatan ini para pemuka Aceh memproklamirkan “ikrar prang sabil’ (
prang sabil). Dengan perang sabil perlawanan rakyat Aceh semakin meluas. Di
Aceh bagian barat tampil teuku umar bersama istrinya cut nyak dien. Pertempuran
sengit terjadi dimeulaho. Beberapa por pertahan berhasil direbut umar. Strategi
konsentrasi stelsel belum efektif menghentikan perang Aceh. Tahun 1891 teungku
cik di tiro meninggal, tahun 1893 teuku umar menyerah pada belanda. Pada 29
maret 1896 teuku umar berbalik melwan belanda. Peristiwa itu membuat belanda
semakin marah dan geram. Snouck horgronye agar melakukan kajian tentang seluk
beluk kehidupan dan semangat juang rakyat aceh. Oleh karena itu snouck
horgronye mengusulkan beberapa cara:
- Perlu memecah belah persatuan dan kekuatan masyarakat aceh, sebab di lingkungan aceh terdapat rasa persatuaan antara kaum bangsawan,ulama dan rakyat.
- Menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus dengan kekerasan,yaitu dengan kekuatan senjata
- Bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya diberi kesempatan untuk masuk kedalam korps pamong praja dalam pemerintahan konial Belanda.
Genderang
perang dimulai tahun 1899.perang ini berlangsung selama 10 tahun. Oleh karena
itu selama 10 tahu terakhir 1899-1909 di aceh disebut masa sepuluh tahun
berdarah (Tien bloedige jaren). Karena tekanan yang terus menerus januari 1903
sultan Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah. Cara licik ini berhasil dan digunakan
untuk mematahkan perlawanan panglima pop. lem dan tuanku raha keumala. Tanggal
6 September panglima polem juga menyarah. Tahun 1906 Cut Nyak Dien
berhasil ditangkap dibuang di Sumedang, Jawa Barat dan meninggal tanggal
8 November 1908. Pada tahun 1911 tangse Teungku Ma’at Tiro berhasil
ditembak mati.
Pada
tanggal 26 september 1910 terjadi pertempuran sengit di Paya Cicem.
Pang Nanggru tewas dan Cut Nyak Mutia berhasil meloloskan diri.
Perang aceh berakhir pada tahun 1912 namun sebenarnya perang itu berakhir pada
tahun 1942.
keterangan :
Aldy Rio : Perang Banjar dan Aceh Berjihad
Dwi Fitri : Perang Tondano dan Pattimura angkat senjata
Evi Anisa : Perang Padri dan Perang Diponegoro